Jumat, 23 Oktober 2015
Ngentot dengan pacar dan adiknya
Cerita Dunia Seks Dewasa | Cerita kali ini berawal dari aku pacaran dengan Dian pacarku walaupun teteknya tidak terlalu besar kami juga sering melakukan seks Oral , Pacarku memiliki 2 orang adik yang juga cantik putih dan mulus ini lah yang membuat nafsuku naik .. Simak cerita ku ini di bawah ya :
Mau dapat uang kaget ayo di klik di sini ya :)
Cerita ini berawal ketika aku pacaran dengan
Dian. Dian adalah seorang gadis mungil dengan
tubuh yang seksi dan dibalut oleh kulit yang
putih mulus. Walaupun payudaranya tidak
terlalu besar, ya... kira-kira berukuran 34 lah.
Selama pacaran, kami belum pernah
berhubungan badan. Hanya saja kalau nafsu
sudah tidak bisa ditahan, biasanya kami
melakukan oral seks. Dian memiliki dua orang
adik perempuan yang cantik. Adiknya yang
pertama, namanya Elsa, juga mempunyai kulit
yang putih mulus. Namun payudaranya jauh
lebih besar daripada kakaknya. Menurut
kakaknya, ukurannya 36B. Inilah yang selalu
menjadi perhatianku kalau aku sedang ngapel ke
rumah Dian. Payudaranya yang berayun-ayun
kalau sedang berjalan, membuat penisku berdiri
tegak karena membayangkan betapa enaknya
memegang payudaranya. Sedangkan adiknya
yang kedua masih kelas 2 SMP. Namanya
Agnes. Tidak seperti kedua kakaknya, kulitnya
berwarna sawo matang. Tubuhnya semampai
seperti seorang model cat walk. Payudaranya
baru tumbuh. Sehingga kalau memakai baju
yang ketat, hanya terlihat tonjolan kecil dengan
puting yang mencuat. Walaupun begitu, gerak-
geriknya sangat sensual. Pada suatu hari, saat di
rumah Dian sedang tidak ada orang, aku datang
ke rumahnya. Wah, pikiranku langsung terbang
ke mana-mana. Apalagi Dian mengenakan daster
dengan potongan dada yang rendah berwarna
hijau muda sehingga terlihat kontras dengan
kulitnya. Kebetulan saat itu aku membawa VCD
yang baru saja kubeli. Maksudku ingin kutonton
berdua dengan Dian. Baru saja hendak kupencet
tombol play, tiba-tiba Dian menyodorkan sebuah
VCD porno. "Hei, dapat darimana sayang?"
tanyaku sedikit terkejut. "Dari teman. Tadi dia titip
ke Dian karena takut ketahuan ibunya", katanya
sambil duduk di pangkuanku. "Nonton ini aja ya
sayang. Dian kan belum pernah nonton yang
kayak gini, ya?" pintanya sedikit memaksa. "Oke,
terserah kamu", jawabku sambil menyalakan
TV. Beberapa menit kemudian, kami terpaku
pada adegan panas demi adegan panas yang
ditampilkan. Tanpa terasa penisku mengeras.
Menusuk-nusuk pantat Dian yang duduk di
pangkuanku. Dian pun memandang ke arahku
sambil tersenyum. Rupanya dia juga merasakan.
"Ehm, kamu udah terangsang ya sayang?"
tanyanya sambil mendesah dan kemudian
mengulum telingaku. Aku hanya bisa tersenyum
kegelian. Lalu tanpa basa-basi kuraih bibirnya
yang merah dan langsung kucium, kujilat
dengan penuh nafsu. Jari-jemari Dian yang
mungil mengelus-elus penisku yang semakin
mengeras. Lalu beberapa saat kemudian, tanpa
kami sadari ternyata kami sudah telanjang bulat.
Segera saja Dian kugendong menuju kamarnya.
Di kamarnya yang nyaman kami mulai
melakukan foreplay. Kuremas payudaranya
yang kiri. Sedangkan yang kanan kukulum
putingnya yang mengeras. Kurasakan
payudaranya semakin mengeras dan kenyal.
Kuganti posisi. Sekarang lidahku liar menjilati
vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan
kugigit dengan lembut. "Aahh... ahh... sa..
sayang, Dian udah nggak kuat... emh... ahh...
Dian udah mau keluar... aackh... ahh... ahh!"
Kurasakan ada cairan hangat yang membasahi
mukaku. Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah
mulutnya. Tangan Dian meremas batangku
sambil mengocoknya dengan perlahan,
sedangkan lidahnya memainkan buah pelirku
sambil sesekali mengulumnya. Setelah puas
bermain dengan buah pelirku, Dian mulai
memasukkan penisku ke dalam mulutnya.
Mulutnya yang mungil tidak muat saat penisku
masuk seluruhnya. Tapi kuakui sedotannya
memang nikmat sekali. Sambil terus mengulum
dan mengocok batang penisku, Dian memainkan
puting susuku. Sehingga membuatku hampir
ejakulasi di mulutnya. Untung masih dapat
kutahan. Aku tidak mau keluar dulu sebelum
merasakan penisku masuk ke dalam vaginanya
yang masih perawan itu. Saat sedang hot-
hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan
Dian terkejut bukan main. Ternyata yang datang
adalah kedua adiknya. Keduanya spontan
berteriak kaget. "Kak Dian, apa-apan sih? Gimana
kalau ketahuan Mama?" teriak Agnes. Sedangkan
Elsa hanya menunduk malu. Aku dan Dian saling
berpandangan. Kemudian aku bergerak
mendekati Agnes. Melihatku yang telanjang bulat
dengan penis yang berdiri tegak, membuat
Agnes berteriak tertahan sambil menutup
matanya. "Iih... Kakak!" jeritnya. "Itunya berdiri!"
katanya lagi sambil menunjuk penisku. Aku
hanya tersenyum melihat tingkah lakunya.
Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata,
"Agnes, Kakak sama Kak Dian kan nggak ngapa-
ngapain. Kita kan lagi pacaran. Yang namanya
orang pacaran ya... kayak begini ini. Nanti kalo
Agnes dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak
begini juga. Agnes udah bisa apa belum?"
tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus.
Agnes menggeleng perlahan. "Mau nggak Kakak
ajarin?" tanyaku lagi. Kali ini sambil meremas
pantatnya yang padat. "Mmh, Agnes malu ah
Kak", desahnya. "Kenapa musti malu? Agnes
suka nggak sama Kakak?" kataku sambil
menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi
rambut halus. "Ahh, i.. iya. Agnes udah lama
suka ama Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak
Dian", jawabnya sambil memejamkan mata.
Tampaknya Agnes menikmati ciumanku di
lehernya. Setelah puas menciumi leher Agnes,
aku beralih ke Elsa. "Kalo Elsa gimana? Suka
nggak ama Kakak?" Elsa mengangguk sambil
kepalanya masih tertunduk. "Ya udah. Kalo gitu
tunggu apa lagi", kataku sambil menggandeng
keduanya ke arah tempat tidur. Elsa duduk di
pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk
mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak
mau, tapi setelah kurayu sambil kuraba
payudaranya yang besar itu, Elsa mau juga.
Bahkan setelah beberapa kali memasukkan
penisku ke dalam mulutnya, Elsa tampaknya
sangat menikmati tugasnya itu. Sementara Elsa
sedang memainkan penisku, aku mulai merayu
Agnes. "Agnes, bajunya Kakak buka ya?" pintaku
sedikit memaksa sambil mulai membuka
kancing baju sekolahnya. Lalu kulanjutkan
dengan membuka roknya. Ketika roknya jatuh
ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai basah.
Segera saja kulumat bibirnya dengan bibirku.
Lidahku bergerak-gerak menjilati lidahnya. Agnes
pun kemudian melakukan hal yang sama.
Sambil tetap menciumi bibirnya, tanganku
bermaksud membuka BH-nya. Tapi segera
ditepiskannya tanganku. "Jangan Kak, malu.
Dada Agnes kan kecil", katanya sambil menutupi
dadanya dengan tangannya. Dengan tersenyum
kuajak dia menuju ke kaca yang ada di meja rias.
Kusuruh dia berkaca. Sementara aku ada di
belakangnya. "Dibuka dulu ya!" kataku membuka
kancing BH-nya sambil menciumi lehernya.
Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai,
payudaranya kuremas perlahan sambil
memainkan putingnya yang berwarna coklat
muda dan sudah mengeras itu. "Nah, kamu lihat
sendiri kan. Biar dada kamu kecil, tapi kan
bentuknya bagus. Lagian kamu kan emang
masih kecil, wajar aja kalo dada kamu kecil. Nanti
kalo udah gede, dada kamu pasti ikutan gede
juga", kataku sambil mengusapkan penisku ke
belahan pantatnya. Agnes mendesah keenakan.
Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya
terkulai lemas. Hanya nafasnya saja yang
kudengar makin memburu. Segera kugendong
dia menuju ke tempat tidur. Kutidurkan dan
kupelorotkan CD-nya. Bulu kemaluannya masih
sangat jarang. Menyerupai bulu halus yang
tumbuh di tangannya. Kulebarkan kakinya agar
mudah menuju ke vaginanya. Kucium dengan
lembut sambil sesekali kujilat klitorisnya.
Sementara Elsa kusuruh untuk meremas-remas
payudaranya adiknya itu. "Aahh... ach... ge... geli
Kak. Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan
berhenti. Mmh... aahh... ahh." Setelah puas
dengan vagina Agnes. Aku menarik Elsa
menjauh sedikit dari tempat tidur. Dian kusuruh
meneruskan. Lalu dengan gaya 69, Dian
menyuruh Agnes menjilati vaginanya.
Sementara itu, aku mulai mencumbu Elsa.
Kubuka kaos ketatnya dengan terburu-buru. Lalu
segera kubuka BH-nya. Sehingga payudaranya
yang besar bergoyang-goyang di depan
mukaku. "Wow, tete kamu bagus banget.
Apalagi putingnya, merah banget kayak
permen", godaku sambil meremas-remas
payudaranya dan mengulum putingnya yang
besar. Sedangkan Elsa hanya tersenyum malu.
"Ahh, ah Kakak, bisa aja", katanya sambil tangan
kirinya mengelus kepalaku dan tangan kanannya
berusaha manjangkau penisku. Melihat dia
kesulitan, segera kudekatkan penisku dan
kutekan-tekankan ke vaginanya. Sambil
mendesah keenakan, tangannya mengocok
penisku. Karena kurasakan air maniku hampir
saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya
yang benar-benar nikmat itu. Harus kuakui,
kocokannya lebih nikmat daripada Dian. Setelah
menenangkan diri agar air maniku tidak keluar
dulu, aku mulai melorotkan CD-nya yang sudah
basah kuyup. Begitu terbuka, terlihat bulu
kemaluannya lebat sekali, walaupun tidak selebat
Dian, sehingga membuatku sedikit kesulitan
melihat vaginanya. Setelah kusibakkan, baru
terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh Elsa
mengangkang lebih lebar lagi agar
memudahkanku menjilat vaginanya. Kujilat dan
kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh kedua
pahanya yang putih mulus dan padat. Nyaman
sekali pikirku. "aahh, Kak... Elsa mau pipiss..."
erangnya sambil meremas pundakku. "Keluarin
aja. Jangan ditahan", kataku. Baru selesai
ngomong, dari vaginanya terpancar air yang
lumayan banyak. Bahkan penisku sempat
terguyur oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku
dalam hati. Hangat. Setelah selesai, kuajak Elsa
kembali ke tempat tidur. Kulihat Dian dan Agnes
sedang asyik berciuman sambil tangan
keduanya memainkan vaginanya masing-
masing. Sementara di sprei terlihat ada banyak
cairan. Rupanya keduanya sudah sempat
ejakulasi. Karena Dian adalah pacarku, maka ia
yang dapat kesempatan pertama untuk
merasakan penisku. Kusuruh Dian nungging.
"Sayang, Dian udah lama nunggu saat-saat ini",
katanya sambil mengambil posisi nungging.
Setelah sebelumnya sempat mencium bibirku
dan kemudian mengecup penisku dengan
mesra. Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan
penisku ke vaginanya yang sedikit membuka.
Lalu mulai kumasukkan sedikit demi sedikit.
Vaginanya masih sangat sempit. Tapi tetap
kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku
agar lebih masuk ke dalam. "Aachk! Sayang, sa...
sakit! aahhck... ahhck..." Dian mengerang tetapi
aku tak peduli. Penisku terus kuhunjamkan.
Sehingga akhirnya penisku seluruhnya masuk ke
dalam vaginanya. Kuistirahatkan penisku
sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-
denyut. Membuatku ingin beraksi lagi. Kumulai
lagi kocokan penisku di dalam vaginanya yang
basah sehingga memudahkan penisku untuk
bergerak. Kutarik penisku dengan perlahan-lahan
membuatnya menggeliat dalam kenikmatan
yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh
Dian menggeliat dengan liar dan mengerang
dengan keras. Kemudian tubuhnya kembali
melemas dengan nafas yang memburu.
Kurasakan penisku bagai disemprot oleh air
hangat. Rupanya Dian sudah ejakulasi. Kucabut
penisku dari vaginanya. Terlihat ada cairan yang
menetes dari vaginanya. "Kok ada darahnya
sayang?" tanya Dian terkejut ketika melihat ke
vaginanya. "Kan baru pertama kali", balas Dian
mesra. "Udah, nggak apa-apa. Yang penting
nikmat kan sayang?" kataku menenangkannya
sambil mengeluskan penisku ke mulut Elsa. Dian
cuma tersenyum dan setelah kucium bibirnya,
aku pindah ke Elsa. Sambil mengambil posisi
mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke
mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar. Lalu
kuletakkan penisku di antara belahan
payudaranya. Kemudian kudekatkan kedua
payudaranya sehingga menjepit penisku. Begitu
penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan
kehangatan. "Ooh... Elsa, hangat sekali. Seperti
vagina", kataku sambil memaju-mundurkan
pinggulku. Elsa tertawa kegelian. Tapi sebentar
kemudian yang terdengar dari mulutnya
hanyalah desahan kenikmatan. Setelah beberapa
saat mengocok penisku dengan payudaranya,
kutarik penisku dan kuarahkan ke mulut
bawahnya. "Dimasukin sekarang ya?" kataku
sambil mengusapkan penisku ke bibir
kewanitaannya. Kusuruh Elsa lebih
mengangkang. Kupegang penisku dan kemudian
kumasukkan ke dalam kewanitaannya.
Dibanding Dian, vagina Elsa lebih mudah
dimasuki karena lebih lebar. Kedua jarinya
membuka kewanitaannya agar lebih gampang
dimasuki. Sama seperti kakaknya, Elsa sempat
mengerang kesakitan. Tapi tampaknya tidak
begitu dipedulikannnya. Kenikmatan hubungan
seks yang belum pernah dia rasakan
mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan
saat itu. Kupercepat kocokanku. "Aahh... aahh...
aacchk... Kak terus Kak... ahh... ahh... mmh...
aahh... Elsa udah mau ke... keluar." Mendengar
itu, semakin dalam kutanamkan penisku dan
semakin kupercepat kocokanku. "Aahh... Kak...
Elsa keluar! mmh... aahh... ahh..." Segera
kucabut penisku. Dan kemudian dari bibir
kemaluannya mengalir cairan yang sangat
banyak. "Elsa, nikmat khan?" tanyaku sambil
menyuruh Agnes mendekat. "Enak sekali Kak.
Elsa belum pernah ngerasain yang kayak gitu.
Boleh kan Elsa ngerasain lagi?" tanyanya dengan
mata yang sayu dan senyum yang tersungging
di bibirnya. Aku mengangguk. Dengan gerakan
lamban, Elsa pindah mendekati Dian. Yang
kemudian disambut dengan ciuman mesra oleh
Dian. "Nah, sekarang giliran kamu", kataku
sambil merangkul pundak Agnes. Kemudian,
untuk merangsangnya kembali, kurendahkan
tubuhku dan kumainkan payudaranya. Bisa
kudengar jantungnya berdegup dengan keras.
"Agnes jangan tegang ya. Rileks aja", bujukku
sambil membelai-belai vaginanya yang mulai
basah. Agnes cuma mengangguk lemah.
Kubaringkan tubuhku. Kubimbing Agnes agar
duduk di atasku. Setelah itu kuminta
mendekatkan vaginanya ke mulutku. Setelah
dekat, segera kucium dan kujilati dengan penuh
nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku.
Beberapa saat kemudian, "Kak... aahh... ada
yang... mau... keluar dari memek Agnes...
aahh... ahh", erangnya sambil menggeliat-geliat.
"Jangan ditahan Agnes. Keluarin aja", kataku
sambil meringis kesakitan. Soalnya tangannya
meremas penisku keras sekali. Baru saja aku
selesai ngomong, vaginanya mengalir cairan
hangat. "Aahh... aachk... nikmat sekali Kak...
nikmat..." jerit Agnes dengan tangan meremas-
remas payudaranya sendiri. Setelah kujilati
vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku.
Begitu jongkok, kuangkat pinggulku sehingga
kepala penisku menempel dengan bibir
vaginanya. Kubuka vaginanya dengan jari-jariku,
dan kusuruh dia turun sedikit-sedikit. Vaginanya
sempit sekali. Maklum, masih anak-anak. Penisku
mulai masuk sedikit-sedikit. Agnes mengerang
menahan sakit. Kulihat darah mengalir sedikit
dari vaginanya. Rupanya selaput daranya sudah
berhasil kutembus. Setelah setengah dari penisku
masuk, kutekan pinggulnya dengan keras
sehingga akhirnya penisku masuk semua ke
vaginanya. Hentakan yang cukup keras tadi
membuat Agnes menjerit kesakitan. Untuk
mengurangi rasa sakitnya, kuraba payudaranya
dan kuremas-remas dengan lembut. Setelah
Agnes merasa nikmat, baru kuteruskan
mengocok vaginanya. Lama-kelamaan Agnes
mulai menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan
tubuhnya sehingga penisku makin dalam
menghunjam ke dalam vaginanya yang semakin
basah. Kubimbing tubuhnya agar naik turun.
"Aahh... aahh... aachk... Kak... Agnes... mau
keluar... lagi", katanya sambil terengah-engah.
Selesai berbicara, penisku kembali disiram
dengan cairan hangat. Bahkan lebih hangat dari
kedua kakaknya. Begitu selesai ejakulasi, Agnes
terkulai lemas dan memelukku. Kuangkat
wajahnya, kubelai rambutnya dan kulumat
bibirnya dengan mesra. Setelah kududukkan
Agnes di sebelahku, kupanggil kedua kakaknya
agar mendekat. Kemudian aku berdiri dan
mendekatkan penisku ke muka mereka bertiga.
Kukocok penisku dengan tanganku. Aku sudah
tidak tahan lagi. Mereka secara bergantian
mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan
air mani yang sejak tadi kutahan. Makin lama
semakin cepat. Dan akhirnya, crooottt... croott...
creet... creet! Air maniku memancar banyak
sekali. Membasahi wajah kakak beradik itu.
Kukocok penisku lebih cepat lagi agar keluar lebih
banyak. Setelah air maniku tidak keluar lagi,
ketiganya tanpa disuruh menjilati air mani yang
masih menetes. Lalu kemudian menjilati wajah
mereka sendiri bergantian. Setelah selesai,
kubaringkan diriku, dan ketiganya kemudian
merangkulku. Agnes di kananku, Elsa di samping
kiriku, sedangkan Dian tiduran di tubuhku sambil
mencium bibirku. Kami berempat akhirnya
tertidur kecapaian. Apalagi aku, sepanjang
pengalamanku berhubungan seks, belum
pernah aku merasakan yang senikmat ini.
Dengan tiga orang gadis, adik kakak, masih
perawan pula semuanya.
Di add ya Pin BB aku 2B2FE2F2 :)
Ngentot dengan ibu ibu di kereta api
Cerita Dunia Seks Dewasa | Kali ini akan aku ceritakan pengalamanku bercinta dengan ibu ibu di kereta api , kejadian ini saat aku diam diam mengikuti nya ke kamar mandi ternyata pintu kamar mandi nya tidak di kunci. Simak kisah selanjutnya yang akan aku ceritakan di bawah ini :
Dapatkan Uang kaget hanya dengan klik di sini ya :)
Hari minggu pagi dibulan februari 2010 aku menunggu kereta ekspress yang akan mengantarku kembali ke kota Y karena esok hari aku harus masuk kuliah lagi. Sebelumnya perkenalkan namaku d idit berumur 22 tahun, menurut mantan - mantanku dan sahabat - sahabat cewekku aku ini orangnya berwajah menarik, supel, ramah, misterius, dan tinggi (sekitar 180cm) sehingga banyak yang tertarik denganku. aku mahasiswa semester atas di sebuah universitas ternama di kota Y. Aku berasal dari kota S, jadi bisa disimpulkan aku seorang perantau. Saat kereta mulai bergerak aku menyegerakan tidur karena badanku sudah lelah akibat begadang semalaman bersama teman - teman lamaku. Aku terbangun beberapa kali selama perjalanan yaitu saat pengen kencing (dikamar kecil aku sempat sedikit bingung karena kamar kecilnya tidak ada batang selotnya tapi akhirnya teratasi dengan diselipin pulpen) dan saat berhenti di beberapa stasiun besar untuk menaikkan penumpang. Saat itu seingatku di stasiun kota M naiklah pasutri muda dan anaknya yang masih balita. Aku terperangah karena sang suami tidak cakep dan cenderung jelek akan tetapi istrinya cantik berambut lurus panjang, tinggi sek itar 170cm (lebih tinggi suaminya sedikit). Tapi yang paling membuatku shock adalah meski tinggi tapi tubuhnya montok dengan payudara yang ukurannya lumayan besar, pantat yang sekal dan pinggang yang ramping bak biola spanyol.tubuh bagus itu terbungkus dengan celana panjang ketat dan kemeja agak ketat yang paduan warnanya bagus.
Sesaat setelah mereka duduk dibangku sebelah bangku yang aku tempati kereta mulai kembali berjalan dan sang suami dan anak langsung terlelap seperti aku tadi setelah perjalanan dilanjutkan kembali sekitar setengah jam. Karena sang istri tinggal sendirian, aku memberanikan diri menyapa dan mengajak ngobrol. Yah sekedar basa basi agar tidak boring selama perjalanan (kebiasaanku sejak aku SMA).
"mbak, mau kekota apa?" sambil tersenyum ramah aku menegurnya.
"mau ke ke kota Y karena mertua sakit dik. Adik sendiri?" jawabnya sambil tersenyum manis.
"oh, aku juga sama mbak tapi karena aku emang kuliah di kota Y. Oy a nama mbak siapa? Kenalkan namaku didit" kuulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"aku ani dik, ini suamiku rudi dan anakku sandi" dia menyambut jabat tanganku sambil memperkenalkan suami dan anaknya.
Perbincanganpun mengalir dengan hangat selama kurang lebih 1 jam karena kelihaianku mengolah suasana. Kami juga sempat bercanda hingga dia tertawa terkikik karena lucunya. Menurutku mbak ani orangnya terbuka dan supel, buktinya dia tidak marah saat leluconku mulai menjurus kearah sex bahkan dia malah membalas dengan lelucon yang lebih menjurus. Selama ngobrol mataku sesekali melirik bongkahan dadanya yang terlihat sedikit dari celah kemejanya yang tanpa dia sadari 1 kancingnya terbuka di bagian dada persis. Mbak ani mulai salah tingkah dalam duduknya (dugaanku dia terangsang) saat menjawab pertanyaanku seputar tips menyenangkan wanita di ranjang. Dari pertanyaan - pertanyaanku mbak ani bukan tipe wanita y ang suka tentang variasi seks seperti oral dan anal. Tapi dia sudah beberapa kali mencoba berbagai variasi gaya bersetubuh selama menikah 2 tahun ini.
Perbincangan terpaksa diputus dulu karena dia permisi ke kamar kecil. Niat isengku muncul mengingat selot kamar kecil itu. Beberapa saat setelah dia pergi, aku membuntuti kekamar kecil. Rupanya dia tidak sadar bahwa pintunya tidak terkunci dan hanya tertutup, buktinya dia dengan santai telanjang bagian bawah membelakangiku. Hal itu membuatku mulai terangsang, segera kubuka resleting celana dan cd lalu keluarin si boy dari sarang. Ukuran si boy emang biasa aja (panjang 15cm dan diameter 3,5cm) tapi lumayanlah. Kudekati mbak ani perlahan, saat tangan kirinyanya mau meraih celana dan cdnya kuberanikan diri memegang tangannya dengan tangan kiriku sedangkan tangan kananku membekap mulutnya. Dia sempat kaget tapi ketika mbak ani menoleh siapa dibelakangnya dia terdiam.
"mbak, jangan teriak ya kumoh on. Aku hanya ingin diajari muasin cewek dalam sex..plis..." kataku sambil menampakkan wajah memelas.
Awal mulanya dia hanya menggelengkan kepala dan tetap memberontak. Aku bisa membuat mataku sendiri berkaca - kaca seperti mau menangis, kulakukan itu sambil terus memohon dan pura - pura terisak. Akhirnya dia luluh dan menganggukkan kepala lemah. Kulepaskan tanganku, "kena kau" batinku.
"didit udah pernah ciuman?" tanyanya.
"sudah mbak,kenapa mbak?" balasku dengan wajah polos.
"coba cium aku dit" perintahnya.
aku mulai memeluknya dan menciunmya, pada awalnya biasa saja lalu lidahku berusaha menyeruak kedalam mulutnya dan ternyata dia membalas dengan lebih agresif. Akhirnya kupakai teknik back door yang memanfaatkan lidahku yang panjang hingga aku bisa mengimbanginya.
"ciuman didit mantap juga ya" aku hanya tersenyum pura - pura malu.
"sekarang coba rangsang aku dit semampumu tapi hanya sebatas sampai leher saja"
d alam hati aku bersorak.
Aku mulai menciumnya lagi lalu menggerayangi dan menciumi bagian belakang telinga dan menjilati telinganya. "Aaahhg...sssttt...eeeenggghh..." desahnya saat kulakuin itu,ciumanku mulai turun ke leher. Kujilat dan kucium leher putihnya, harum parfumnya membuatku bersemangat. "Uuuugghh....aaaahhhh....eeemmghh....sssstttt... dit enak dit... terus dit... aaaaaahhh...eeeeennnggghh... dit jangan ada bekasnya..." bisiknya. Aku sadar bahwa mbak ani takut ketahuan suaminya. Kucoba menelusupkan tanganku kedalam bajunya saat kedua tangannya terangkat memeluk leherku. Terlambat buat mbak ani untuk merespo n karena kedua tanganku sudah masuk kedalam baju dan meremas - remas payudaranya dari luar BH. Yang bisa dia lakukan hanyalah mengerang dan mendesah karena kuserang leher dan kedua payudaranya secara bersamaan.
"didit...aaaaahhhhgg...kamu nakal...ssssttt....eeeennggghh..." rancaunya tapi tanpa penolakan karena rangsangan yang mbak ani alami begitu kuat. Secara mendadak kuangkat bajunya sebatas leher hingga mempertontonkan 2 bongkah gunung kembar dibungkus BH kuning menyala. Beruntungnya aku karena kancing Bhnya ada di depan. Sekilas kulihat ukurannya 36C (besar cuy...), seketika itu pula kubuka kancin bhnya dan terpampanglah payudaranya tanpa penutup apapun. Langsung aku kenyot putting kanannya dan kupilin - pilin putting kirinya. "Aaaaaaahhhh...eeeemmnggh...dit...kamu apakan putingku...uuggghh..." erangnya sambil bersandar di dinding. "Geli dit...aaaaaggghh...dit...cukup...ssstt...dit...enak banget...mmmnngghh..melayang aku rasanya...aaahhh..." ranc aunya makin keras.
Karena takut ada yang mendengar langsung aku cium lagi mbak ani dengan ganas sambil tangan kananku meremas payudara kanannya dan tangan kiriku mengocok kemaluannya yang ternyata sudah banjir. "mmmpphh...nnnggghh...ssslllurrpp..." yang keluar dari mulutnya yang sedang kuajak french kiss lagi. Kedua tangannya tidak berdaya karena terjepit punggungnya sendiri sedang tubuh mbak ani terjepit antara tubuhku dan dinding. Tapi tubuhnya semakin menggelinjang kuperlakuin seperti itu. Tidak lama kemudian kemaluan mbak ani makin lembab, disini aku lagi - lagi memasang perangkap. Kuhentikan semua cumbuanku hingga mbak ani termangu.
"lho dit kok berhenti?! Jangan dong..lanjutin ya dit..aku jadi ngambang dan aneh nih rasanya..lanjutin dong ampe mbak keluar.." pintanya.
"ya mbak..tapi sekarang boleh ya aku masukin si boy? Dari tadi berdiri ampe sakit nih" rayuku.
"jangan dit, aku sudah bersuami..." tolaknya.
"cuma digesek - gesekin aja deh mbak enggak papa ampe aku juga keluar biar sama - sama enak. Boleh ya mbak? Plis......" rengekku sambil mulai kembali membelai - belai payudaranya dan tanganku satunya mengelus - elus si boy yang sedari tadi menganguk - angguk karena sudah tegang.
Mendapat serangan psikologis seperti itu terus menerus akhirnya dia luluh.
"cuma digesek - gesek aja ya ga lebih..." pintanya sambil kududukkan dia ke kloset.
"makasih ya mbak ani sayang" ucapku dan kukecup singkat bibirnya sambil ku posisikan tubuhku sedemikian rupa hingga penisku terhimpit diantara pangkal pahanya persis di mulut vaginanya (bayangin aja duduk berhadapan dan aku terlihat seperti memangku mbak ani dan kakinya memeluk pinggangku sedang tubuh kami seperti berpelukan).
Aku mulai menggoyang pantatku sehinnga kemaluan kami bergesekan. Hal ini membuat kami sama - sama merasakan nikmat. Tak lupa kami tetap berciuman dan saling meraba. Saat kembali kuserbu lehernya, mb ak ani mulai mendesah dan merancau lagi. Desahannya makin sering saat kumulai menggesek dengan cepat. Hal ini membuatku semakin terangsang dan ingin segera memasukkan penisku kedalam hangatnya liang vaginanya.
Saat asyik saling menggesek hingga kurasakan cairan vaginanya makin membanjiri penisku, tanpa mbak ani sadari kumasukkan penisku secara mendadak dan cepat hingga mentok. Ugh meski sudah pernah melahirkan tapi vaginanya masih ketat menjepit penisku. Kelihatannya leher rahimnya dangkal, buktinya pangkal penisku masih diluar sekitar 1-2cm saat kurasakan ujung penisku membentur bagian terdalam vaginanya. "aaaaauuuuhhh....dit kok dimasukin??!! cabut dit!! aku udah bersuami!!" perintahnya tapi tak ku gubris dan malah melanjutkan menggonyang pantatku sehingga penisku mulai bergerak menikmati jepitan kuat, hangat dan lembab vaginanya sambil menciumnya agar tidak bisa berteriak. Posisiku yang sedikit menindih mbak ani membuatnya tidak bisa berkutik. Pad a awalnya mbak ani terus meronta, tapi karena kondisinya yang mendekati orgasme saat kumasukkan penisku membuat mbak ani akhirnya menyerah dan malah menikmati goyanganku.
Kugoyang pantatku dengan semangat dengan beberapa variasi goyangan. Kadang maju mundur, kadang kiri kanan, kadang memutar. Hal ini membuatnya semakin melayang. "auuuhh...dit..kamu apakan vaginaku?? enak banget... eeemmmggghhh...sssttt...dit...aku udah ga tahan... aaaahhh...aku ingin keluar..." rintihnya kira - kira 15 menit setelah kemasukan penis. "keluarin saja mbak ani sayang...enggghh..vagina mbak enak sekali.." pujiku sambil mempercepat goyanganku. "Dit...aku keluar sayang!!! aaahhhh..enggghh... ssssttt..uuunngghh.." lenguhnya menikmati orgasme panjang yang dirasakan. Suuurrr....Suuuurrrr.. penisku merasakan siraman air surganya. "dit..nikmat sekali sayang...makasih ya..aku baru kali ini merasakan orgasme karena bersetubuh..suamiku hanya peduli diri sendiri..kamu belum keluar ya??" ucapnya sambil kembali menciumku. "sebentar lagi mbak... masih boleh kan kugoyang??" tanyaku. "boleh dong sayang...kamu sudah membuatku melayang...sekarang nikmati tubuhku semaumu...tapi sekarang kamu yang duduk ya dit..." katanya sambil berganti posisi. Mbak ani sekarang duduk dipangkuanku berhadapan.
"sekarang biar mbak yang puasin kamu sayang... didit haus ga??? mau minum susu??" tanyanya sambil menyodorkan payudaranya untuk kukenyot lagi sembari mulai menggoyang pantatnya maju mundur. Ternyata mbak ani membalas perlakuanku kepadanya yaitu dengan kardang merubah arah goyangan pantatnya. Aku hanya menikmati itu semua sambil menjilati dan ku kenyot payudaranya serta mendesah sesekali di telinganya. Hal ini membuat mbak ani makin bersemangat dan kembali terangsang. "Aaaahhh...dit....penismu enak sekali..uunggghh...eemmmhhhgg..."rancaunya. "vagina mbak juga enak...ssssttt.... aahh...mbak..enak mbak... bentar lagi..." rintihku yang disambut makin menggilanya goyangan mbak ani.
Tak lama kemudian aku yang hampir mencapai puncak merasakan bahwa mbak ani juga merasakan yang sama karena vaginanya makin ketat menjepit penisku dan rintihannya makin sering dan merangsang. " dit...aku ingin keluar lagi...enak banget dit...aaahhh...sssttt.." baru saja mbak ani berkata seperti itu aku sudah tidak tahan ingin orgasme. "mbak aku keluar!!! aaaahhh.....eeengggghh...ssstttt...uuungggghh..." lenguhku mengiringi muncratnya spermaku kedalam rahimnya. Merasakan semburan lahar panasku membuat mbak ani juga orgasme. "aaahhh... dit!!!! aku keluar sayang!!!" segera saja kami kembali berciuman dengan rakus sambil menikmati orgasme berpelukan.
Selama beberapa saat kami terus berciuman hingga akhirnya melepaskan pagutan mesra kami. Mbak ani berbisik "terima kasih ya sayang...didit sudah membuatku menikmati surga dunia yang belum pernah kurasakan." "mbak ga takut hamil karena aku keluar didalam???" tanyaku r agu. "tenang saja...aku sedang tidak subur..." ucapnya tersenyum dan menciumku singkat. Lega rasanya mendengar hal itu hingga akupun tersenyum dan membalas dengan meremas gemas payudaranya sejenak. Kami cepat cepat merapikan pakaian dan keluar dari kamar mandi bergantian lalu duduk kembali di kursi masing - masing. Suami dan anaknya masih tertidur pulas padahal saat itu kulihat sudah memasuki kota Y. Kami saling berpandangan dan tersenyum. Mbak ani kemudian memberikan nomer handphonenya kepadaku dan berkata "kapan - kapan lagi ya" sambil mengedipkan mata. Kujawab dengan senyuman dan kami berpisah di stasiun kota Y. Benar - benar beruntung aku bisa menikmati tubuh semantap itu.
Ini adalah cerita pertamaku meski bukan pengalaman pertamaku jadi mohon maaf jika kurang seru atau apalah. Lain kali kusambung dengan cerita pengalamanku bersama mantan - mantanku atau sahabat - sahabatku atau adik - adik kelasku atau yang lain. Kita lihat saja ntar aku mood nulis yang mana.hehehe...
Pin BB aku : 2B2FE2F2 di add ya :)
Ngentot Dengan ABG Perawan
Cerita Dunia Seks Dewasa | Cerita kali ini benar benar pengalamanku pada waktu itu tepat di hari kamis aku ketemu sama anak I-6 yang sayangnya anak ini alim banget. ayok simak kisah selanjutnya yang akan ku ceritakan di bawah ini :
Prediksi bola terbaik hanya ada di klik di sini ya :)
Kembali di malam hari yang sangat gerah ini beragam info akan sajikan cerita seru yang paling hot untuk menggugah hasrat sobat yang udah cukup umur apalagi yang sedang sendiri langsung z simak nihhhhh ampe tuntas yah,,,
cerita ini bener-bener asli, mungkin beberapa temen gue, bisa ketawa ngikik kalau sampe ada di homepage cerita seru, karena bagi mereka sudah tidak asing lagi, memang gue sering dikatai RaKep (Raja Bokep) di skul! Nama gue Williamto Halim, gue sekarang ini sekolah di SMUK 1 kelas 1 Gue mengenal coli dari kelas 6 SD, waktu itu gue dikasih tahu sama temen gue, kalau ada alat yang bisa memuaskan seperti gue ngewe sama cewe, dengan tanpa berdosanya gue langsung bilang: "berapa harga alatnya?", dan temen gue ketawa ngikik, "elu memang bener-bener bego", katanya. Setelah itu gue coba dirumah dan ternyata gue ngerasain kenikmatan yang luas biasa, yang asyiknya lagi gratis lagi! Biasanya kalau mau nyoli gue pake kartu porno, film porno, dan kadang-kadang gue suka buka www.porno.site sambil nyoli disana. Berhenti rokok? putaw? boat? gue bisa tapi nyoli? nggak lha yau!!! Gue sangat aktiv banget di sekolah dari osis sampe hal-hal sepeleh, seperti organisasi PMDK juga gue ikutin, jadi maklum kalau gue sering keluar kelas, mau rapat inilah itulah? banyak macem!
Gue masih ingat hari itu, hari kamis gue ketemu sama anak kelas I-6, ya lumayan cakep juga tapi sayangnya ini anak alim bener, dibandingin temen-temen gue yang lain. Gue mulai deketin dan cari info, rupanya i get it! ... dia anak batam sebut saja nama (Milla). Gue mulai kenalan dan ngocol bareng sama dia, dan gue rasa dia anaknya asyik juga, jadi terus gue sosor terus. Gue masih ingat waktu itu tanggal 06 Febuari 2008, Gue pernah dateng kerumah dia (rupanya dia anak rantau yang sekarang di kost di Duta Merlin, kota), dengan alasan mau pinjam kaset tipe yang udah dijanjiin waktu di phone, dan gue dateng! Bertepatan dengan itu mulai menetes di tangan gue hujan rintik-rintik, tadinya gue udah mau pulang, tapi hujan terus makin gede, akhirnya si Milla mempersilahkan gue masuk, gue taro motor dulu lalu gue masuk ke kamar dia, wah kecil sekali gue liat kamar dia ya 3 * 4 (maklum daerah duta merlin), gue juga lihat BH dia yang ada ditempat tidurnya, respondnya kontol gue mulai ngaceng, trus dengan ketakutan dia langsung menyimpan BH dia dalam box putih, abis itu dia mulai menyetel lagu Titanic (selendion), wah gue makin nafsu sama itu cewek.
Dia sambil mengambil minum buat gue, gue langsung rangkul dia dari belakang (saat itu nafsu gue memuncak dan gue ada perasaan ragu untuk melakukannya?), gue pegang tanggannya dan dia seakan-akan berontak, tapi gue terus memaksa sambil gue dengerin itu lagu Titanic, gue ciumin itu lehernya dan gue merasakan dia mulai respond ke gue, gue pencet tuh toketnya yang cukup gede, dan dia bilang "jangan kasar donk, sakiittt", lalu gue bilang "iya, sayangku..." Dia berbalik badan dan waktu itu gue ciuman mulut tapi sayangnya ini anak kurang ahli jadi ya cuma sebentar katanya kagak enak, nafasnya sesak, ya udah gue udahin ajah meskipun gue nafsu. Lalu gue buka tuh baju dan celana si Milla, dan dia juga setuju (mungkin gara-gara udah nafsu berat),
lalu gue juga buka baju dan celana, tinggal celana dalem dan dia tinggal celana dalam dan BH, BHnya berwarna putih krem, dia juga liat itu gue udah tegang banget, lalu gue mulai melepaskan bhnya sambil mencium-cium seluruh tubuhnya dan dia juga merasakan kenikmatan, rasanya baru sekali ini dia merasakan hal itu, terlihat dari rasa sakit ketika gue remes dan cipok toketnya, lalu gue mulai buka perlahan lahan itu celana dalemnya sambil mencium pusernya yang bulat bagaikan anggur merah, gue juga melepaskan cd gue, tanpa basa basi gue langsung menelentangkan dan gue sodok pake kontol gue ke memek dia, wah rupanya ini lobang sempit sekali sampe cuma masuk palanya ajah, dan dia udah merintih: "ah..h..h.. pelan-pelan ...", gue kagak peduliin yang penting masuk dulu dan setelah gue paksa, rupanya masuk juga dengan sedikit jeritan kecil "akkkhhhhddduuhhhh", gue terus goyangin ke atas dan kebawah dia terus merintih keenakan atau keasyikan gue kagak bisa mastiin yang pasti dia bilang "trus...trus...aduh...ah...ah...ahk....". Saat itu memang gue udah gila banget langsung gue percepatan dan dia rasanya udah keluar 2 x.
ini pin BB aku di add ya 2B2FE2F2 :)
Ngentot Dengan Kasir yang Cantik Dan Bohai
Cerita Dunia Seks Dewasa | Kali ini aku akan ceritakan pengalamanku saat jadi kasir di sebuah toko serba ada di Jakarta , ini kisah nyata yang aku alami saat jadi kasir , aku di perkosa di dalam toko itu oleh beberapa orang. Simak kisah nya di bawah ini ya :
Dapatkan prediksi bola yang terbaik hanya di klik di sini ya :)
Desy yang masih berumur 25 tahun tidak menyadari bahayanya bekerja sebagai kasir di sebuah toko serba ada di Jakarta. Dengan semangat dan keinginan untuk mandiri membuat dirinya tidak mempedulikan nasehat orang tuanya yang merasa risau melihat putriya sering mendapat giliran jaga dari malam hingga pagi. Desy lebih memilih bekerja pada shift tersebut, karena dari saat tengah malam sampai pagi, jarang sekali ada pembeli, sehingga Desy bisa belajar untuk kuliahnya siang nanti.
Sampai akhirnya pada suatu malam, Desy mendapati dirinya ditodong oleh sepucuk pistol tepat di depan matanya. Yang berambut Gondrong, dan yang satu lagi berkumis tebal. Mereka berdua, menerobos masuk membuat Desy yang sedang berkonsentrasi pada bukunya terkejut.
"Keluarin uangnya!" perintah si Gondrong, sementara si Kumis memutuskan semua kabel video dan telepon yang ada di toko itu. Tangan Desy gemetar berusaha membuka laci kasir yang ada di depannya, saking takutnya kunci itu sampai terjatuh beberapa kali. Setelah beberapa saat, Desy berhasil membuka laci itu dan memerikan semua uang yang ada di dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada si Gondrong, Desy tidak diperkenankan menyimpan uang lebih dari 100 ribu di laci tersebut. Karena itu setiap kelebihannya langsung dimasukan ke lemari besi. Setelah si Gondrong merampas uang itu, Desy langsung mundur ke belakang, ia sangat ketakutan kakinya lemas, hampir jatuh.
"Masa cuma segini?!" bentak si Gondrong.
"Buka lemari besinya! Sekarang!" Mereka berdua menggiring Desy masuk ke kantor manajernya dan mendorongnya hingga jatuh berlutut di hadapan lemari besi. Desy mulai menangis, ia tidak tahu nomor kombinasi lemari besi itu, ia hanya menyelipkan uang masuk ke dalam lemari besi melalui celah pintunya.
"Cepat!" bentak si Kumis, Desy merasakan pistol menempel di belakang kepalanya. Desy berusaha untuk menjelaskan kalau ia tidak mengetahui nomor lemari besi itu. Untunglah, melihat mata Desy yang ketakutan, mereka berdua percaya. "Brengsek! Nggak sebanding sama resikonya! Iket dia, biar dia nggak bisa manggil polisi!" Desy di dudukkan di kursi manajernya dengan tangan diikat ke belakang. Kemudian kedua kaki Desy juga diikat ke kaki kursi yang ia duduki. si Kumis kemudian mengambil plester dan menempelkannya ke mulut Desy.
"Beres! Ayo cabut!"
"Tunggu! Tunggu dulu cing! Liat dia, dia boleh juga ya?!".
"Cepetan! Ntar ada yang tau! Kita cuma dapet 100 ribu, cepetan!".
"Gue pengen liat bentar aja!".
Mata Desy terbelalak ketika si Gondrong mendekat dan menarik t-shirt merah muda yang ia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu robek membuat BH-nya terlihat. Payudara Desy yang berukuran sedang, bergoyang-goyang karena Desy meronta-ronta dalam ikatannya.
"Wow, oke banget!" si Gondrong berseru kagum.
"Oke, sekarang kita pergi!" ajak si Kumis, tidak begitu tertarik pada Desy karena sibuk mengawasi keadaan depan toko.
Tapi si Gondrong tidak peduli, ia sekarang meraba-raba puting susu Desy lewat BH-nya, setelah itu ia memasukkan jarinya ke belahan payudara Desy. Dan tiba-tiba, dengan satu tarikan BH Desy ditariknya, tubuh Desy ikut tertarik ke depan, tapi akhirnya tali BH Desy terputus dan sekarang payudara Desy bergoyang bebas tanpa ditutupi selembar benangpun.
"Jangan!" teriak Desy. Tapi yang tedengar cuma suara gumaman. Terasa oleh Desy mulut si Gondrong menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Desy menjerit ketika si Gondrong mengigit puting susunya.
"Diem! Jangan berisik!" si Gondrong menampar Desy, hingga berkunang-kunang. Desy hanya bisa menangis.
"Gue bilang diem!", sembari berkata itu si Gondrong menampar buah dada Desy, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Desy. Kemudian si Gondrong bergeser dan menampar uang sebelah kanan. Desy terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sementara si Gondrong terus memukuli buah dada Desy sampai akhirnya bulatan buah dada Desy berwarna merah.
"Ayo, cepetan cing!", si Kumis menarik tangan si Gondrong.
"Kita musti cepet minggat dari sini!" Desy bersyukur ketika melihat si Gondrong diseret keluar ruangan oleh si Kumis. Payudaranya terasa sangat sakit, tapi Desy bersyukur ia masih hidup. Melihat sekelilingnya, Desy berusaha menemukan sesuatu untuk membebaskan dirinya. Di meja ada gunting, tapi ia tidak bisa bergerak sama sekali.
"Hey, Roy! Tokonya kosong!".
"Masa, cepetan ambil permen!".
"Goblok lo, ambil bir tolol!".
Tubuh Desy menegang, mendengar suara beberapa anak-anak di bagian depan toko. Dari suaranya ia mengetahui bahwa itu adalah anak-anak berandal yang ada di lingkungan itu. Mereka baru berusia sekitar 12 sampai 15 tahun. Desy mengeluarkan suara minta tolong.
"sstt! Lo denger nggak?!".
"Cepet kembaliin semua!".
"Lari, lari! Kita ketauan!".
Tiba-tiba salah seorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam kantor manajer. Ia terperangah melihat Desy, terikat di kursi, dengan t-shirt robek membuat buah dadanya mengacung ke arahnya.
"Buset!" berandal itu tampak terkejut sekali, tapi sesaat kemudian ia menyeringai.
"Hei, liat nih! Ada kejutan!"
Desy berusaha menjelaskan pada mereka, menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berusaha menjelaskan bahwa dirinya baru saja dirampok. Ia berusaha minta tolong agar mereka memanggil polisi. Ia berusaha memohon agar mereka melepaskan dirinya dan menutupi dadanya. Tapi yang keluar hanya suara gumanan karena mulutnya masih tertutup plester. Satu demi satu berandalan itu masuk ke dalam kantor. Satu, kemudian dua, lalu tiga. Empat. Lima! Lima wajah-wajah dengan senyum menyeringai sekarang mengamati tubuh Desy, yang terus meronta-ronta berusaha menutupi tubuhnya dari pandangan mereka. Berandalan, yang berumur sekitar 15 tahun itu terkagum-kagum dengan penemuan mereka.
"Gila! Cewek nih!".
"Dia telanjang!".
"Tu liat susunya! susu!".
"Mana, mana gue pengen liat!".
"Gue pengen pegang!".
"Pasti alus tuh!".
"Bawahnya kayak apa ya?!".
Mereka semua berkomentar bersamaan, kegirangan menemukan Desy yang sudah terikat erat. Kelima berandal itu maju dan merubung Desy, tangan-tangan meraih tubuh Desy. Desy tidak tahu lagi, milik siapa tanga-tangan tersebut, semuanya berebutan mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seseorang menjepit dan menarik-narik puting susunya. Kemudian, salah satu dari mereka menjilati pipinya dan memasukan ujung lidahnya ke lubang telinga Desy.
"Ayo, kita lepasin dia dari kursi!" Mereka melepaskan ikatan pada kaki Desy, tapi dengan tangan masih terikat di belakang, sambil terus meraba dan meremas tubuh Desy. Melihat ruangan kantor itu terlalu kecil mereka menyeret Desy keluar menuju bagian depan toko. Desy meronta-ronta ketika merasa ada yang berusaha melepaskan kancing jeansnya. Mereka menarik-narik jeans Desy sampai akhirnya turun sampai ke lutut. Desy terus meronta-ronta, dan akhirnya mereka berenam jatuh tersungkur ke lantai. Sebelum Desy sempat membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar suara lecutan, dan sesaat kemudian Desy merasakan sakit yang amat sangat di pantatnya. Desy melihat salah seorang berandal tadi memegang sebuah ikat pinggang kulit dan bersiap-siap mengayunkannya lagi ke pantatnya!
"Bangun! Bangun!" ia berteriak, kemudian mengayunkan lagi ikat pinggangnya. Sebuah garis merah timbul di pantat Desy. Desy berusaha berguling melindungi pantatnya yang terasa sakit sekali. Tapi berandal tadi tidak peduli, ia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yang sekarang menghajar perut Desy.
"Bangun! naik ke sini!" berandal tadi menyapu barang-barang yang ada di atas meja layan hingga berjatuhan ke lantai. Desy berusaha bangun tapi tidak berhasil. Lagi, sebuah pukulan menghajar buah dadanya. Desy berguling dan berusaha berdiri dan berhasil berlutut dan berdiri. Berandal tadi memberikan ikat pinggang tadi kepada temannya. "Kalo dia gerak, pukul aja!"
Langsung saja Desy mendapat pukulan di pantatnya. Berandal-berandal yang lain tertawa dan bersorak. Mereka lalu mendorong dan menarik tubuhnya, membuat ia bergerak-gerak sehingga mereka punya alasan lagi buat memukulnya. Berandal yang pertama tadi kembali dengan membawa segulung plester besar. Ia mendorong Desy hingga berbaring telentang di atas meja. Pertama ia melepaskan tangan Desy kemudian langsung mengikatnya dengan plester di sudut-sudut meja, tangan Desy sekarang terikat erat dengan plester sampai ke kaki meja. Selanjutnya ia melepaskan sepatu, jeans dan celana dalam Desy dan mengikatkan kaki-kaki Desy ke kaki-kaki meja lainnya. Sekarang Desy berbaring telentang, telanjang bulat dengan tangan dan kaki terbuka lebar menyerupai huruf X.
"Waktu Pesta!" berandal tadi lalu menurunkan celana dan celana dalamnya. Mata Desy terbelalak melihat penisnya menggantung, setengah keras sepanjang 20 senti. Berandal tadi memegang pinggul Desy dan menariknya hingga mendekati pinggir meja. Kemudian ia menggosok-gosok penisnya hingga berdiri mengacung tegang.
"Waktunya masuk!" ia bersorak sementara teman-teman lainnya bersorak dan tertawa. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke vagina Desy. Desy melolong kesakitan. Air mata meleleh turun, sementara berandal tadi mulai bergerak keluar masuk. Temannya naik ke atas meja, menduduki dada Desy, membuat Desy sulit bernafas. Kemudian ia melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Desy ditariknya hingga lepas. Desy berusaha berteriak, tapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yang ada di atasnya. Langsung saja, penis tadi mengeras dan membesar bersamaan dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Desy. Pandangan Desy berkunang-kunang dan merasa akan pingsan, ketika tiba-tiba mulutnya dipenuhi cairan kental, yang terasa asin dan pahit. **an demi **an masuk, tanpa bisa dimuntahkan oleh Desy. Desy terus menelan cairan tadi agar bisa terus mengambil nafas.
Berandal yang duduk di atas dada Desy turun ketika kemudian, berandal yang sedang meperkosanya di pinggir meja bergerak makin cepat. Ia memukuli perut Desy, membuat Desy mengejang dan vaginanya berkontraksi menjepit penisnya. Ia kemudian memegang buah dada Desy sambil terus bergerak makin cepat, ia mengerang-erang mendekati klimaks. Tangannya meremas dan menarik buah dada Desy ketika tubuhnya bergetar dan sperma pun menyemprot keluar, terus-menerus mengalir masuk di vagina Desy. Sementara itu berandal yang lainnya berdiri di samping meja dan melakukan masturbasi, ketika pimpinan mereka mencapai puncaknya mereka juga mengalami ejakulasi bersamaan. Sperma mereka menyemprot keluar dan jatuh di muka, rambut dan dada Desy.
Desy tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, ketika tahu-tahu ia kembali sendirian di toko tadi, masih terikat erat di atas meja. Ia tersadar ketika menyadari dirinya terlihat jelas, jika ada orang lewat di depan tokonya. Desy meronta-ronta membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Ia menangis dan meronta berusaha melepaskan diri dari plester yang mengikatnya. Setelah beberapa lama mencoba Desy berhasil melepaskan tangan kanannya. Kemudian ia melepaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu lagi.
"Wah, wah, wah!" terdengar suara laki-laki di pintu depan. Desy terkejut dan berusaha menutupi dada dan vaginanya dengan kedua tangannya.
"Tolong saya!" ratap Desy.
"Tolong saya Pak! Toko saya dirampok, saya diikat dan diperkosa! Tolong saya Pak, panggilkan polisi!"
"Nama lu Desy kan?" tanya laki-laki tadi.
"Bagaimana bapak tahu nama saya?" Desy bingung dan takut.
"Gue Roy. Orang yang kerjaannya di toko ini lo rebut!".
"Saya tidak merebut pekerjaan bapak. Saya tahu dari iklan di koran. Saya betul-betul tidak tahu pak! Tolong saya pak!".
"Gara-gara lo ngelamar ke sini gue jadi dipecat! Gue nggak heran lo diterima kalo liat bodi lo".
Desy kembali merasa ketakutan melihat Roy, seseorang yang belum pernah dilihat dan dikenalnya tapi sudah membencinya. Desy kembali berusaha melepaskan ikatan di kaki kirinya, membuat Raoy naik pitam. Ia menyambar tangan Desy dan menekuknya ke belakang dan kembali diikatnya dengan plester, dan plester itu terus dilitkan sampai mengikat ke bahu, hingga Desy betul-betul terikat erat. Ikatan itu membuat Desy kesakitan, ia menggeliat dan buah dadanya semakin membusung keluar.
"Lepaskan! Sakit! aduuhh! Saya tidak memecat bapak! Kenapa saya diikat?"
"Gue tadinya mau ngerampok nih toko, cuma kayaknya gue udah keduluan. Jadi gue rusak aja deh nih toko".
Ia kemudian melepaskan ikatan kaki Desy sehingga sekarang Desy duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di belakang. Kemudian diikatnya lagi dengan plester.
Kemudian Roy mulai menghancurkan isi toko itu, etalase dipecahnya, rak-rak ditendang jatuh. Kemudian Roy mulai menghancurkan kotak pendingin es krim yang ada di kanan Desy. Es krim beterbangan dilempar oleh Roy. Beberapa di antaranya mengenai tubuh Desy, kemudian meleleh mengalir turun, melewati punggungnya masuk ke belahan pantatnya. Di depan, es tadi mengalir melalui belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengalir ke vagina Desy. Rasa dingin juga menempel di buah dada Desy, membuat putingnya mengeras san mengacung. Ketika Roy selesai, tubuh Desy bergetar kedinginan dan lengket karena es krim yang meleleh.
"Lo keliatan kedinginan!" ejek Roy sambil menyentil puting susu Desy yang mengeras kaku.
"Gue musti kasih lo sesuatu yang anget."
Roy kemudian mendekati wajan untuk mengoreng hot dog yang ada di tengah ruangan. Desy melihat Roy mendekat membawa beberapa buah sosis yang berasap. "Jangaann!" Desy berteriak ketika Roy membuka bibir vaginanya dan memasukan satu sosis ke dalam vaginanya yang terasa dingin karena es tadi. Kemudian ia memasukan sosis yang kedua, dan ketiga. Sosis yang keempat putus ketika akan dimasukan. Vagina Desy sekarang diisi oleh tiga buah sosis yang masih berasap. Desy menangis kesakitan kerena panas yang dirasakannya.
"Keliatannya nikmat!" Roy tertawa.
"Tapi gue lebih suka dengan mustard!" Ia mengambil botol mustard dan menekan botol itu. Cairan mustard keluar menyemprot ke vagina Desy. Desy menangis terus, melihat dirinya disiksa dengan cara yang tak terbayangkan olehnya.
Sambil tertawa Roy melanjutkan usahanya menghancurkan isi toko itu. Desy berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil. Nafasnya tersengal-sengal, ia tidak kuat menahan semua ini. Tubuh Desy bergerak lunglai jatuh."
"Hei! Kalo kerja jangan tidur!" bentak Roy sambil menampar pipi Desy.
"Lo tau nggak, daerah sini nggak aman jadi perlu ada alarm."
Desy meronta ketakutan melihat Roy memegang dua buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya keras sekali. Roy mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Desy, menekannya hingga terbuka dan melepaskannya hingga menutup kembali menjepit puting susu Desy. Desy menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya. Kemudian Roy juga menjepit puting susu yang ada di sebelah kiri. Air mata Desy bercucuran di pipi.
Kemudian Roy mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Ketika pintu itu didorong Roy hingga membuka keluar, Desy merasa jepitan tadi tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan ia menjerit kesakitan.
"Nah, udah jadi. Lo tau kan pintu depan ini bisa buka ke dalem ama keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa dibuka dengan cara ditarik bukan didorong. Jadi gue sekarang pergi dulu, terus nanti gue pasang biar pintu itu cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang dateng, pas dia dorong pintu kan nggak bisa, pasti dia coba buat narik tuh pintu, nah, pas narik itu alarmnya akan bunyi!"
"Jangan! saya mohoon! mohon! jangan! jangan! ampun!"
Roy tidak peduli, ia keluar dan tidak lupa memasang kunci pada pintu itu hingga sekarang pintu tadi hanya bisa dibuka dengan ditarik. Desy menangis ketakutan, puting susunya sudah hampir rata, dijepit. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan. Tubuh Desy berkeringat setelah berusaha melepaskan diri tanpa hasil. Lama kemudian terlihat sebuah bayangan di depan pintu, Desy melihat ternyata bayangan itu milik gelandangan yang sering lewat dan meminta-minta. Gelandangan itu melihat tubuh Desy, telanjang dengan buah dada mengacung.
Gelandang itu mendorong pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Kemudian ia meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.
Desy berusaha menjerit "Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!", tapi gelandangan tadi tetap menarik pintu, yang kemudian menarik kawat dan menarik jepitan yang ada di puting susunya. Gigi-gigi yang sudah menancap di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Desy menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan.
Desy tersadar dan menjerit. Sekarang ia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. Sedangkan kakinya juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Ia merasa kesakitan. Puting susunya sekarang berwarna ungu, dan menjadi sangat sensitif. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang. Memar-memar menghiasi seluruh tubuhnya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya. Desy merasakan sepasang tangan berusaha membuka belahan pantatnya dari belakang. Sesuatu yang dingin dan keras berusaha masuk ke liang anusnya. Desy menoleh ke belakang, dan ia melihat gelandangan tadi berlutut di belakangnya sedang memegang sebuah botol bir.
"Jangan, ampun! Lepaskan saya pak! Saya sudah diperkosa dan dipukuli! Saya tidak tahan lagi."
"Tapi Mbak, pantat Mbak kan belon." gelandangan itu berkata tidak jelas.
"Jangan!" Desy meronta, ketika penis gelandangan tadi mulai berusaha masuk ke anusnya. Setelah beberapa kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tidak bisa masuk ke dalam anus Desy. Lalu ia berlutut lagi, mengambil sebuah botol bir dari rak dan mulai mendorong dan memutar-mutarnya masuk ke liang anus Desy.
Desy menjerit-jerit dan meronta-ronta ketika leher botol bir tadi mulai masuk dengan keadaan masih mempunyai tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang anus Desy tersayat-sayat ketika gelandangan tadi memutar-mutar botol dengan harapan liang anus Desy bisa membesar.
Setelah beberapa saat, gelandangan tadi mencabut botol tadi. Tutup botol bir itu sudah dilapisi darah dari dalam anus Desy, tapi ia tidak peduli. Gelandang itu kembali berusaha memasukan penisnya ke dalam anus Desy yang sekarang sudah membesar karena dimasuki botol bir. Gelandang tadi mulai bergerak kesenangan, sudah lama sekali ia tidak meniduri perempuan, ia bergerak cepat dan keras sehingga Desy merasa dirinya akan terlepar ke depan setiap gelandangan tadi bergerak maju. Desy terus menangis melihat dirinya disodomi oleh gelandangan yang mungkin membawa penyakit kelamin, tapi gelandangan tadi terus bergerak makin makin cepat, tangannya meremas buah dada Desy, membuat Desy menjerit karena puting susunya yang terluka ikut diremas dan dipilih-pilin. Akhirnya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan Desy merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, sampai gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di belakang Desy.
"Makasih ya Mbak! Saya puas sekali! Makasih." gelandangan tadi melepaskan ikatan Desy. Kemudian ia mendorong Desy duduk dan kembali mengikat tangan Desy ke belakang, kemudian mengikat kaki Desy erat-erat. Kemudian tubuh Desy didorongnya ke bawah meja kasir hingga tidak terlihat dari luar.
Sambi terus mengumam terima kasih gelandangan tadi berjalan sempoyongan sambil membawa beberapa botol bir keluar dari toko. Desy terus menangis, merintih merasakan sperma gelandangan tadi mengalir keluar dari anusnya. Lama kemudian Desy jatuh pingsan kelelahan dan shock. Ia baru tersadar ketika ditemukan oleh rekan kerjanya yang masuk pukul 6 pagi.
Ini Pin BB aku di add ya 2B2FE2F2 ... :)
Langganan:
Postingan (Atom)